Kamis, 24 Mei 2012

Pengamat LIPI: Sepertinya Indonesia Tidak Butuh Parpol

Jakarta – Siti Zuhroh, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menganggap reformasi 1998 hanya menghadirkan perubahan di bidang ketatanegaraan dan sistem multi partai, yang tidak merepresentasikan apapun.
Dalam diskusi ‘Kebangkitan Yes Regenerasi Pasti’ yang digelar di Kantor Solusi Untuk Negeri (SUN) Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (22/05/2012), Siti mengatakan bahwa apakah perubahan tersebut berdampak substansial, masih merupakan pertanyaan besar.
Siti menganggap, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganut warisan-warisan orde baru (orba). Sejak reformasi, Indonesia telah mengikuti nilai-nilai demokratisasi, tanpa diikuti nilai mendasar, perubahan pola pikir, dan sumber daya manusia.
“Apa yang kita lalui lebih banyak stagnasi, ini yang mestinya dimaknai kita semua. Kebangkitan tidak sekadar bangun tidur, tapi bergerak,” tuturnya.
Selama puluhan tahun kepemimpinan Soeharto, menurut Siti, membuat masyarakat terhalang melakukan hal-hal tersebut.
Sehingga, secara tidak sadar melakukan resistansi ketika reformasi mengharuskan nilai-nilai baru.
Partai politik (parpol), lanjutnya, belum mampu menghasilkan kader-kader yang ideal untuk tampil menjadi pemimpin bangsa. Kecenderungan saat ini, partai disalahkan karena dianggap memporak-porandakan negara.
“Padahal, parpoli digunakan untuk mempersatukan bangsa. Partai harus koreksi ke dalam. Semua partai harus mawas diri, apakah telah menjalankan fungsinya dengan baik? Kalau tidak, kita mungkin tidak perlu parpol,” beber Siti.

0 komentar:

Posting Komentar