Selasa, 14 Agustus 2012.
Oleh: Direktur Eksekutif (IPI) Indeks Politica Indonesia' Suwadi Idris Amir
OPINI BERITA: Tahun pertama masa Zhenguan, Kaisar Tang Taizong memberitahu kepala personil kerajaan, “Kehidupan perempuan di lingkungan istana sangat memprihatinkan. Pada akhir Dinasti Sui, istana kerajaan terlalu banyak merekrut tenaga kerja perempuan. Banyak dari mereka tinggal di kota lingkar luar istana, dimana kaisar jarang berkunjung; hal mana hanya menghamburkan uang dan tenaga. Saya tidak menyukai situasi ini. Yang mereka lakukan hanya membersihkan rumah. Apa lagi yang dapat mereka lakukan? Biarkan mereka pulang ke rumah dan menikah. Kita dapat menghemat uang dan orang-orang akan lebih bahagia serta memiliki kehidupan pribadinya.”
Setelah itu, istana kerajaan mengirim pulang lebih dari 3.000 perempuan.
Tahun kedua masa Zhenguan, Tiongkok Tengah mengalami masa kekeringan diikuti dengan kelaparan yang parah.
Kaisar Tang Taizong mengatakan kepada menteri-menterinya, “Cuaca yang ekstrim adalah akibat dari kekurangan De (kebajikan, budi pekerti) pada diri saya, saya memerintah tidak berdasarkan kebajikan. Karenanya kita sedang dihukum. Kesalahan apa yang rakyat telah lakukan sehingga harus menerima penderitaan ini? Saya mendengar rakyat telah menjual putra putrinya demi uang. Saya merasa sangat sedih!”
Kaisar kemudian mengirim menteri Du Yan untuk melakukan penyelidikan di daerah yang dilanda kekeringan. Menteri Du Yan membeli kembali anak-anak tersebut dengan uang pribadi Kaisar dan mengembalikannya kepada orang tua masing-masing.
Pada tahun ketujuh pemerintahan Zhenguan, Gubernur Wilayah Xiangzhou, Zhang Gongjin meninggal dunia. Kaisar sangat sedih dan ia melayat beberapa kali untuk menyatakan perasaannya.
Beberapa pejabat mengirim catatan kepada Kaisar: “Buku Huai mengenai Yin-Yang mengatakan seseorang seharusnya tidak menangis pada saat perkabungan karena membawa ketidakberuntungan.”
Kaisar Taizong menjawab, “Hubungan saya dengan para menteri seperti ayah dan anak. Saya merasa sedih dari dalam hati. Bagaimana tidak menangis?” Setelah itu, Kaisar mulai menangis kembali.
Di tahun ke-19 era Zhenguan, Kaisar Taizong sendiri memimpin tentaranya untuk mengalahkan Korea. Ketika beristirahat di Ding Zhou, beberapa tentaranya berhenti. Kaisar Taizong bertemu dengan tentara tersebut di Gerbang Utara. Satu diantaranya sakit dan tidak dapat mengikuti pasukan. Kaisar Taizong mengundangnya beristirahat di sisi tempat tidurnya dan menanyakan dimana ia terluka. Kaisar juga meminta tabib di Ding Zhou untuk mengobati tentara yang sakit tersebut. Karena belas kasihnya, semua jenderal dan tentaranya bersedia mengikutinya berperang.
Dalam perjalanan pulang, Taizong memerintahkan tentaranya untuk memberikan upacara penghormatan kepada tulang-tulang tentara yang mati, dimana mereka mengorbankan hewan kerbau, domba dan babi. Kaisar sendiri datang ke upacara dan menangis. Semua personil militernya tersentuh hingga turut menangis.
Setelah upacara, para orang tua dari tentara yang gugur tersebut berkata, “Kaisar menangis pada penguburan putra kita. Sekarang mereka dapat beristirahat dengan tenang.”
Ketika tentara Kaisar Taizong menyerang kota Baiyan di timur Provinsi Liaoning, Jenderal Li Simo terluka kena panah. Kaisar sendiri menghisap luka Jenderal Li untuk membuang darah matinya keluar. Semua tentaranya sangatlah terkesan.
Cerita tersebut menggambarkan bahwa pemimpin itu harus mampu melihat dan memahami penderitaan rakyat, pemimpin itu tidak hanya menunggu mendengar laporan terhadap perkembangan daerah yang di pimpinnya. Menurut Almarhum Imam Ruhullah Khomeini Pemimpin Revolusi Iran' Pemimpin itu adalah pelayan rakyat bukan dilayani rakyat' Itulah yang membuat masyarakat Iran tidak haus kekuasaan. Berbeda 150 derajat dengan kondisi bangsa kita' sejak kemerdekaan tahun 1945 bangsa kita bukannya belajar dari sejarah malah seakan ingin menciptakan sejarah kelam untuk anak pertiwi.
Bangsa kita hanya sibuk melayani kepentingan bangsa asing' putra putri pertiwi terbelengguh sistem yang korup' terjajah secara ekonomi' dan parahnya semua elit politik hanya tidur' mungkin karna mereka selalu kenyang dan melupakan saudara-saudaranya yang kelaparan. Wahai pemangku-pemangku kekuasaan Putra-putri pertiwi merindukan kemerdekaan yang sejati.''( Suwadi Idris Amir /8/8/2012 )
0 komentar:
Posting Komentar