RAKYAT SULSEL
POLITIK dikenal penuh intrik, caci maki dan jauh dari ‘kelembutan’.
Tapi, dengan kehadiran perempuan bisa menambah suasana berbeda di kancah
perpolitikan. Apalagi tren perempuan berpartisipasi di Pilkada
menunjukkan tren peningkatan. Mungkinkah di Pilwalkot Makassar 2013,
mampu melahirkan pemimpin perempuan di tengah banyaknya pemilih
perempuan?.
Direktur Survey dan Real Quick Count Indeks Politica Indonesia (IPI) dan
Latin Institute (LI), A Sri Wulandani menyatakan, kehadiran perempuan
di Pilwalkot Makassar, seperti Dewi Yasin Limpo, Muhyina Muin, Apiaty
Amin Syam, Sri Rahmi, dan lain-lain akan membuat ruang kaum perempuan
untuk memberikan sumbangsih kepada daerahnya, karena di era demokrasi
saat ini, telah melahirkan pemimpin perempuan di beberapa daerah di
Indonesia, sebut saja Gubernur Banten, Ratu Atut, Walikota Surabaya Tri
Rismahariani, Bupati Kendel Widya Kandi Susanti, Wakil Bupati Lutra
Indah Putri Inriani, Wakil Bupati Toraja Adhelia Sosang, Wakil Bupati
Bombana Masyurah Ilah Ladamay, Bupati Tuban Haeni Relawati Rini
Widyastuti, Bupati Sambas, Juliarti Djuardi Alwi, dan Wakil Bupati
Karawan, Cellica Nurradiana.
“Saya pikir saatnya Makassar diberikan ruang untuk kaum perempuan unjuk
kebolehan. Selama ini Makassar dikenal masyarakatnya sangat sulit
memberikan peluang kaum perempuan untuk mengapresikan dirinya di kancah
politik. Tapi, sebuah gambaran yang cukup menggembirakan, banyak
tokoh-tokoh perempuan yang siap maju di Pilwakot Makassar,” terangnya
kepada Rakyat Sulsel, kemarin.
Misalnya, lanjut Sri Wulandani, untuk Pilwalkot Makassar, calon
perempuan sudah banyak yang menyatakan kesiapannya untuk maju bertarung.
Diantaranya yang disebut-sebut serius bertarung, Apiaty Amin Syam dan
Dewi Yasin Limpo. “Kehadiran kedua tokoh ini cukup mendapat respon dari
masyarakat Makassar, khususnya kaum perempuan,” tambahnya.
Dari gambaran dari hasil survei yang dilakukan pihaknya, kedua nama
tersebut, masuk 7 besar dari 20 nama bakal calon wali kota Makassar yang
dijaring melalui survei baru-baru ini.
“Apiaty Amin Syam berada di urutan keempat, dan Dewi Yasin Limpo di
urutan keenam, keduanya masih sangat berpeluang meningkatkan popularitas
dan elektabilitasnya. Asalkan keduanya memanage gerakannya secara
sistematis dan menggandeng lembaga survei dan konsultan politik yang
berpengalaman memenangkan Pilwalkot, maka bukan tidak mungkin Makassar
akan dipimpin wali kota perempuan, seperti di Surabaya,” paparnya.
Pendapat, perempuan di Pilkada, juga diungkapkan Manager Strategis
Pemenangan Indonesia Timur Jaringan Suara Indonesia, Irfan Jaya. “Masih
ingat Megawati Soekarnoputri yang mampu mengalahkan dominasi kaum pria
dalam kepemimpinan di negeri ini. Kemudian, Ratu Atut Chosiyah, yang
mampu memikul beban dan tanggung jawab kepemimpinan di Provinsi Banten,
menjadi bukti lain semakin strategisnya posisi kaum wanita,” tandasnya.
Namun, Irfan menggarisbawahi keterwakilan perempuan di negeri ini masih
sangat minim. Hal ini tentunya cukup memprihatinkan. Mengingat hal ini
menunjukkan minimnya partisipasi perempuan di kancah pemilihan
eksekutif. “Sejatinya, wanita memiliki potensi yang cukup besar karena
secara proporsional, pemilih perempuan lebih besar dibandingkan pemilih
laki-laki. Setidaknya itu bisa menjadi modal kemungkinan optimis.
0 komentar:
Posting Komentar